jompa

jompa
tempat simpan hasil bumi

Jumat, 30 April 2010

perilaku organiasi

I. RINGKASAN KASUS
Tata usaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sekolah secara keseluruhannya, bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala tata usaha yang diangkat oleh Bupati Kepala Daerah yang melakukan kegiatan peƱata usahaan disekolah, sebagai kepala tata usaha pada Sekolah Menengah pertama Negeri di Kecamatana Labuapi Mr. X dituntut mampu membagi dan menjabarkan tugas-tugas pokok ketata usahaan pada bawahannya, sehingga apa yang amanatkan oleh Kepala Daerah mampu dijalankan oleh seluruh pegawai pada sekolah, namun pada kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan harapan, beberapa pegawai yang pada sekolah tidak menjalankan tugas, kewajiban dan fungsi serta aturan yang berlaku.
Ada beberapa pegawai yang datang terlambat pulang lebih awal, banyak pekerjaan tidak terselesaikan, terbukti pegawai sering meninggalkan tempat kerja tanpa alasan yang jelas, komunikasi tidak lancer serta cenderung saling menyalahkan ketika pekerjaan berjalan tidak lancer. Akan tetapi Mr. X tidak melakukan tindakan apa-apa yang bisa merubah perilaku yang demikian, tidak memberikan hukuman ataupun teguran, sehingga kejadian seperti ini dianggap biasa aja, Mr.X berkata “ saya tidak terbiasa dengan aturan yang formil serta saya tidak biasa memerintah dengan keras”.
Disisi lain apa bila ada pegawai yang bekerja dengan baik, rajin, tidak diberikan penghargaan dan penghormatan, pegawai yang rajin maupun yang tidak sama saja, tidak ada bedanya, sehingga bagi pegawai yang rajin akan membuat mereka tidak semangat dalam bekerja.
Ada kebiasa yang dilakukan oleh pegawai disekolah ini, yaitu menyelesaikan pekerjaan dengan sama-sama tampa membagi pekerjaan sesuai porsinya, misalnya ada ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir sekolah, sehingga tidak ada yang bisa mempertanggung jawabkan pekerjaan yang diberikan apa bila tidak terselesaikan.
Namun menurut Kepala Sekolah ketika ia pertama kali ditempatkan disekolah ini, apa yang dilakukan oleh kepala tata usaha terhadap pegawainya belum mampu meningkatkan kinerja, dan harus ada jalan keluar yang bisa merubah perilaku sebagian pegawai yang malas dan yang sering melanggar peraturan.
Ada keinginan kepala sekolah untuk merekrut tenaga yang handal untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan, wacana ini membuat panik para pegawai, kepala tata usaha maupun pegawai lainnya menganggap perekrutan pegawai baru buka sulusi untuk meningkatkan kinerja, mereka semua panik dengan wacana ini, karena akan mengurangi penghasilan mereka dari sisi keuangan, apalagi tenaga honorer meraka sangat terpukul dengan wacana ini, mereka ingin melakukan demonstrasi, yang pada akhirnya bekerja disekolah ini merasa tidak tenang dengan usulan ini.

II. PERMASALAH
Berdasarkan uraian singkat diatas, ada beberapa permasalahan yang mendasar yaitu :
1. Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi menurunnya kinerja pegawai tata usaha pada SMP Negeri Labuapi
Kinerja pegawai merupakan tolak ukur untuk menentukan produktivitas kerja sekolah, produktivitas kerja pegawai ada salah satu aset penting yang dimiliki oleh sekolah, keberhasilan dan kemunduran sekolah tidak lepas dari produktivitas kerja pegawai secara keseluruhan. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan.
2. Bagaimana meningkatkan motivasi kerja pegawai tata usaha pada SMP Negeri Labuapi.
Peningkatan memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja adalah hal yang paling urgen dan penting. Seorang pimpinan dalam meningkatkan produktivitas harus mengelola sumber daya yang ada terutama sumber daya manusia, seorang pimpinan yang baik tentunya akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan memotivasi karyawan dengan tujuan agar produktivitas pegawainya dapat meningkat.

III. PEMBAHASAN
Berdasarkan isu kasus diatas, akan dibahas dengan seksama permasalahan yang ada :
1. Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi menurunnya kinerja pegawai tata usaha pada SMP Negeri Labuapi
1. Faktor Personal, pada Faktor Personal sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam melaksanakan tanggung jawab dan menyelesaikan tugas dengan baik. Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Gibson (2008).Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Menurut Gibson (2008), variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung.
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (2007) banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
motivasi bersifat individual, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya ini, untuk peningkatan kinerja individu dalam organisasi, menuntut para manajer untuk mengambil pendekatan tidak langsung
Kelompok variabel organisasi menurut Gibson (2007) terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
2. Faktor Kontekstual, hal yang paling dominan dirasakan oleh pegawai SMP Negeri Labuapi adalah kesempatan untuk maju sangat kurang, keamanan kerja kurang memadai. Sementara itu, menurut Heidjrachman dan Husnan mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni: gaji yang baik,pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat.
Beberapa kategari yang bisa di kedepanka mengenai hal ini :
 Psikologik, merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.
 Sosial, merupakan yang berhubungan dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
 fisik, merupakan yang berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya.
 Finansial, merupakan yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.
Salah satu sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan.
Menurut Dessler (2008) mengemukakan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan peraturan yang lebih baik, tetapi kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan kadang-kadang berprestasi lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja.
Menurut Maslow faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi terdiri dari :
 Kebutuhan fisiologis.
 Kebutuhan akan rasa aman.
 Kebutuhan sosial.
 Kebutuhan akan pengakuan atau penghargaan.
 Kebutuhan akan kesempatan pengembangan diri.
Semua yang berkaitan dengan peningkatan dan kepuasan kerja harus diperhatikan dan sikapi dengan baik oleh pimpinan, sehingga tidak terjadi indisipliner pada pegawai.
2. Bagaimana meningkatkan motivasi kerja pegawai tata usaha pada SMP Negeri Labuapi.
Menurut Robbins (2008) Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi juga merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakan dan mengarahkan perilaku ( Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2007 ).
Menurut Koontz Et Al membagi motivasi ke dalam dua bagian yaitu :
1. Motivasi Internal : Motivasi ini berhubungan dengan berbagai kebutuhan, keinginan dan harapan yang terdapat di dalam diri seseorang.
2. Motivasi Eksternal : Kekuatan yang ada dalam diri seseorang seperti faktor pendeteksian oleh manajer.
Upaya-upaya meningkatkan motivasi kerja pegawai dilakukan dengan :
1. Pelibatan pegawai, dapat ditempuh dengan :
a. Pemberian kesempatan kepada pegawai melalui diskusi untuk memberikan masukan atau saran yang baik terkait dengan masalah pekerjaan.
b. Pemberdayaan pegawai dengan memberikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan disiplin keilmuan yang dimiliki setiap pegawai.
c. Pemberian kesempatan kepada pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya melalui kreatifitas dan caranya sendiri.
2. Hubungan interpersonal, dengan :
a) Memupuk hubungan yang harmonis antara atasan (pimpinan) dengan bawahan.
b) Menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan penuh humor sehingga terjalin hubungan yang akrap antara atasan dengan bawahan maupun hubungan antar pegawai.
3. Kebijakan, melalui :
a) Penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pegawai, seorang atasan harus mampu melihat latar belakang pegawainya dalam menempatkannya, sehingga tidak terjadi penempatan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh bawahannya.
b) Pengembangan pegawai melalui program pendidikan ataupun pelatihan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan pegawai.
4. Kondisi kerja melalui :
a) Tersedianya fasilitas (peralatan) kerja untuk mendukung kelancaran kerja
b) Perbaikan ruangan kerja sesuai dengan jumlah pegawai yang ada sehingga pegawai dapat bekerja dengan nyaman.
Motivasi seseorang akan baik apabila terpenuhinya beberapa kebutuhan misalnya gaji, kondisi kerja, adanya hubungan antara personil serta memberikan kontribusi yang kreatif atau produktif. Untuk meningkat hasil kerja pegawai diperlukan motivasi baik itu yang bersifat penghargaan atau pun hukuman, karena dengan memberikan perhatian pada bawahan akan mampu merubah sikap dan perilaku pegawai. Motivasi juga merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakan dan mengarahkan perilaku (Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2007). Sementara Hukuman merupakan konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan prilaku tertentu. Pihak lain menganggap bahwa hukuman merupakan pendekatan yang buruk dari pembelajaran karena : pertama, hasil dari hukuman tidak dapat diperkirakan seperti halnya penghargaan. Kedua, akibat hukuman kurang permanen dibanding dengan penghargaan. Ketiga, hukuman sering diikuti dengan sikap negatif terhadap orang yang melakukan hukuman, demikian juga terhadap aktifitas yang menimbulkan hukuman. (Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2007)


IV. REKOMENDASI
Dari analisis diatas maka dapat diberikan rekomendasi yaitu :
1. Pimpinan pada SMP Negeri Labuapi harus mampu memebrikan kesempatan yang seluasnya pada pegawai untuk berkretifitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan dalam upaya pencapaian yang produktif.
2. Menciptakan suasana kerja yang tidak kaku dengan mengedepankan keterbukaan, kekeluargaan, humoristik dengan tidak menghilangkan etika dan aturan yang ada.
3. Memberikan motivasi pada bawahan baik itu yang bersifat penghargaan atau pun hukuman sehingga memberikan dampak positif pada pegawai.





















V. DAFTAR PUSTAKA

Gary Dessler, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Macanan Jaya
Cemerlang

Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2008 . Organisasi, Tangerang : Binarupa Aksara.


Stephen P. Robbins and Thimothy A. Judge 2008. Prilaku Organisasi, Jakarta : Salemba
Empat .




1 komentar: