jompa

jompa
tempat simpan hasil bumi

Rabu, 27 April 2011

HPMW MATARAM

SEJARAH HPMW Mataram

I. APA ITU HPMW ?
istilah organisasi sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Namun apakah anda tahu definisi dari kata organisasi itu sendiri?
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut :
1. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih” (I define organization as a system of cooperatives of two more persons)
2. James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama)
3. menurut W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki empat unsur dasar, yaitu :
a. Adanya sekelompok orang yang saling bekerjasama
b. Adanya tujuan yang sama
c. Adanya bentuk / struktur
d. Adanya aktivitas
Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. (J Winardi, 2003:9)
HPMW merupaka sekumpulan pelajar dan mahasiswa wera yang mempunyai tujuan yang sama
II. MENGAPA HPMW berdiri
Karena kegelisahan kawan-kawan mahasisa wera yang menganggap keberadaan pelajar dan mahasiswa belum memberikan kontribusi yang berarti untuk meningkatkan kemampuan, keilmuan, keterampilan pada diri mereka dan kawan-kawan mereka serta orang wera pada umumnya serta tatanan kehidupan civitas yang ada di mataram secara social . Beberapa hal yang bisa digambarkan tentang :
1. Social
2. Pengetahuan tentang perilaku
3. Simpati
4. Pencapaian tujuan yang inginkan
5. Kesempatan berkreasi
6. Komunikasi dan informasi

III. KAPAN HPMW berdiri
HPMW berdiri pada tahun 1994-1995
IV. SIAPA yang menjadi anggota
Yang menjadi anggota pada HPMW adalah seluruh pelajara dan mahasiswa Wera yang berdomisili di Kota Mataram tampa terkecuali, tidak perbedaan ras,warna kulit, gender,
V. DIMANA berada
HPMW bertempat di Kota Mataram
VI. BAGAIMANA HPMW
HPMW merupakan organisasi berasaskan Kekeluargaan dan berlandaskan Al-Quran dan Hadist.
 Prinsip organisasi HPMW
Suatu organisasi bisa dikatakan solid jika memiliki sifat sbb :
1. mempunyai tujuan yang jelas
2. tujuan organisasi harus di terima dan di fahami oelh setiap orang di dalam organisasi
3. memiliki kesatuan arah
4. adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
5. berkesinambungan
6. penempatan orang harus sesuai ahlinya
7. adanya pembagian tugas


 Manfaat HPMW
a. Menumbuhkan rasa kebersamaan
b. Memperkuat tali persaudaraan
c. Menyebarkan rasa tolong menolong
d. Memperkaya informasi
e. Meningkatkan kualitas pribadi
f. Membangkitkan semangat juang
g. Meningkatkan kualitas fikir
h. Mengurangi sifat egoisme
i. Membina kesatuan berfikir untuk menyamakan pemahaman
j. Melatih toleransi
VII. Perkembangan HPMW
HPMW sejak berdiri sampai sekarang telah beberapa kali melakukan pergantian pimpinan, dinamika ini terjadi secara baik dan jujur, tampa dipengaruhi tendensi yang lain selain komitmen yang telah dibina.
Beberapa ketua HPMW
1. Turfin
2. Hasbi
3. Amirullah
4. Nuski
5. Syarifudin
6. Mulyadin
7.
8. April
9. Amirudin
10.
11. M. Sahdan

Selasa, 26 April 2011

wera

Sekilat tentang Wera

Kecamatan Wera merupakan bagian dari Kabupaten Bima yang terletak pesisir utara paling timur dari Kabupaten Bima, Wera memiliki hamparan pantai yang cukup panjang dari ujung barat perbatasan dengan Kecamatan Ambalawi (pemekaran dari Kecamatan Wera) dan sebelah timur besebelahan dengan Kecamatan Sape, disamping itu Kecamatan Wera adalah daerah pegunungan yang biasa digunakan untuk berladang.
Masyarakat Wera yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan yang mereka anut, adat istiadat masih kental, kekeluargaan masih sangat kuat, saling tolong menolong antara masyarakat. Masyarakat Wera mayoritas bekerja dibidang pertanian, bidang ini yang paling dominan adalah menanam padi, palawija dll, akan tetapi akhir-akhir ini fenomena bawang merah menjadi promadona baru pertanian masyarakat Wera,beberapa desa yang memiliki lahan pertanian, Desa Ntoke, Bala, Nunggi, Tawali, Wora, Hidirasa, Nanga Wera, Tadewa Oi Tui, Pai. Peternakan merupakan bidang kedua terbanyak pekerjaan yang dilakoni masyarakat Wera karena daerah ini memiliki lahan untuk peternakan cukup memadai, banyak lahan yang belum dipergunakan untuk yang lain digunakan untuk lahan peternakan, ternak yang biasa dipelihara adalah, sapi, kerbau, kambing dan kuda, lahan peternakan berada di desa Oi Tui dan Payi. Nelayan juga menjadi bidang pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat Wera, dengan luas wilayah lautan yang dimiliki oleh Kecamatan Wera memiliki potensi yang cukup bagus namun masyarak dikecamatan Wera belum mampu mengelola dengan manajemen yang baik, sehingga potensi yang dimiliki ini belum mengangkan penghasilan masyarakat, potensi ini dimiliki oleh Desa Nanga Wera, Sangiang, Tadewa, Oi Tui dan Payi. Ada juga yang bekerja dibidang perniagaan, beberapa daerah yang paling dominan dibidang ini berada di Desa Tawali, Sangiang dan Nanga Wera. Birokrasi (PNS, Honda, PTT,GTT dll), juga memiliki tempat dihati masyarakat Wera dengan banyakanya potesnsi anak-anak muda yang telah menyelesaikan pendidikan dijenjang Sarjana, ini merata diseluruh masayarakat Wera.
Tingkat pendidikan masyarakat Wera masih dibawah kecamatan lain di Kabupaten Bima, dilihat dari tingkat kemampuan baca tulis, kesehatan dan kesejahtera masyarakat, akan tetapi pada akhir-akhir ini keinginan masyarakat Wera untuk maju cukup tinggi, dengan melihat fenomena terus meningkatnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, terlihat dari tingginya jumlah tamatan SMA yang melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi. Beberapa desa yang mencetak sarjana yaitu Desa Nunggi, Hidirasa, Wora. Menurut Mulyati (Solud) 2011, Desa Nunggi merupakan pencetak sarjana tertinggi di Kecamatan Wera. Daerah yang menjadi tujuan untuk menuntut ilmu adalah Kota Bima, Mataram, Makasar dan Jawa.
Potensi besarnya adalah jumlah sarjananya yang sangat-sangat banyak sekali dan begitu juga jumlah orang wera yang menjadi karyawan baprik di kota-kota besar jumlahnya sangat fantastik, kalau ini diolah dengan maksimal maka wera akan luar biasa karena sumber daya manusia yang potensial inilah yang bisa mengelola potensi SDA yang melimpah rua itu (elnino)
wera memiliki potensi yang luar biasa itu dapat di liat dari berbagai bidang pertanaian wera merupakan penghasil bawang merah dan kacang tanah dari bidang peternakan Wera salah satu kecamatan yang memiliki populasi ternak sapi 9068 kerbau 3978 kuda 391 kambing 4841 merupakan populasi yang banyak dari kec lainya dan merupakan penyungbang terbesar pendapatan asli dearah terbanyak dari sektor peternakan dari potensi parawisata menekjubkan lagi ada pulau ular , goa wera . oi caba ,gunung sangiang dan merupakn laut ter indah di kab Bima (mustang)

Beberapa potensi yang dimiliki oleh Wera
I. Pertanian :
1. Bawang Merah
Bawang merah merupakan komoditi utama yang memegang peranan penting dalam ekonomi masyarakat Wera.


Bawang merah di usahakan baik di lahan kering maupun pada lahan sawah tadah hujan setelah padi. Pada sebagian daerah sentra produksi bawang merah seperti di Desa Tawali, Nunggi, Hidirasa, dan Oi Tui. Penanaman bawang merah pada lahan sawah tadah hujan dimulai April yang berlangsung 1-2 kali tanam selama musim kering. Untuk mengairi tanaman pada MK.I petani menggunakan sisa air irigasi dan untuk mengatasi kekurangan air petani mengambil air dari sumur bor atau sumur gali yang dibuat disekitar lahan atau mengambil air dari kali dengan menggunakan pompa air. Penghasilan dari bawang merah ini telah mengangkat penghasilan masyarakat wera. (zairin)

2. Kacang Tanah

Dari beberapa penelitian yang dilakukan, Kecamatan Wera memiliki potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan nanaman kacang tanah sesuai dengan protetipe tanah yang ada. Masyarakat Wera telah lama mengenal dan menanam kacang tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka disamping padi.


Dari beberapa daerah yang diletiti oleh BPTP bahwa kecamatan Wera memenuhi unsure untuk mengembangkan kacang tanah, potensi ini perlu dikembangkan dengan teknologi tepat guna. Beberapa desa potensial untuk kacang tanah, Desa Wora, Nanga Wera, Hidirasa dll.


II. Peternakan
1. Sapi


Beternak sapi Bali di Kecamatan Wera sudah berlangsung lama, tahun 1970 an awal mula Sapi Bali di bagi oleh pemerintah untuk diternak dengan system bagi hasil dan bergulir pada masyarakat lainnya. Sekarang masyarakat Wera sudah memiliki sapi yang cukup banyak dan sangat membantu perekonomian masyarakat. Karena harga sapi-sapi Wera mampu bersaing ditingkat kabupaten samapi tingkat nasional, Ternak Sapi berada di Desa Payi, Oi Tui, Sangiang dll

2. Kerbau


Beternak kerbau merupakan anadalan masyarakat Wera sejak turun temurun, dalam beberapa cerita masyarakat Bima bahwa kerbau Wera memiliki badan yang besar dan tanduk yang cukup panjang, tidak ada yang bisa mengalahkan panjangnya tanduk kerbau wera, dulu kerbau menjadi alat untuk membajak pertanian bagi masyarakat wera sehingga kerbau merupakan ternak yang sangat penting bagi masyarakat, namun sekarang kerbau tidak lagi menjadi alat untuk membajak pertanian dan telah beralih ke mesin. Harga kerbau-kerbau wera cukup tinggi karena berat kerbau wera cukup tinggi sehingga mampu bersaing ditingkat kabupaten samapi tingkat nasional, Ternak kerbau berada di Desa Payi, Oi Tui, Sangiang dll

3. Kuda



Kuda Wera memiliki cerita yang unik di kerajaan Mbojo, dimana kemampuan kuda wera dalam menjelajahi wilayah kerajaan Mbojo cukup kuat, kuda ini orang kerajaan menyebutnya LA WERE, disamping cerita itu kuda-kuda wera mampu menguasai pacuan kuda yang dilakukan di kabupaten Bima sebelum masuknya kuda-kuda luar, kuda-kuda Wera kecil tapi kuat. Beberapa masyarakat memelihara kuda disamping untuk pacuan digunakan untuk alat transportasi, sehingga kuda sangat penting keberadaanya. Harga kuda-kuda wera mampu bersaing dengan kuda-kuda didaerah lain. Ternak kuda berada di Desa Payi, Oi Tui, Sangiang dll







4. Kambing


Beternak kambing di Kecamatan Wera sudah menjadi tradisi yang cukup memasyarakat, karena sebagian besar masyarakat Wera memiliki kambing walaupun tidak banyak, beternak kambing tidak terlalu sulit dan cepat berkembang, potensi ini belum dilakukan dengan peternakan terpadu masih tradisional, perlu penangan secara seksama, Ternak kambing disemua Desa di Kecamatan Wera

5. Ayam


Beternak ayam di Kecamatan Wera sudah menjadi tradisi yang cukup vaforit bagi masyarakat, karena sebagian besar masyarakat Wera memiliki ayam walaupun tidak banyak, beternak ayam sangatlah mudah dan cepat berkembang, cukup dilepas dialam bebas, potensi ini belum dilakukan dengan peternakan terpadu masih tradisional, perlu perhatian bersama untuk beternak ayam yang baik.



III. Pariwisata
1. Gunung Sangiang


A. Letak dan Luas Kawasan
Secara astronomis Cagar Alam Pulau Sangiang terletak pada 110°50’ BT - 119°10’ BT dan 70°30’ LS. Menurut administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Wera, Kabupaten Dati II Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan Berita Acara Tata Batas dari Kantor Sub BIPHUT luas Cagar Alam Pulau Sangiang 7.492,2 Ha.
- Topografi
Topografi Cagar Alam Pulau Sangiang bergelombang, berbukit hingga bergunung dengan puncak bukit tertinggi adalah Gunung Sangiang 1.949 m dpl. Ketinggian kawasan Cagar Alam Pulau Sangiang berkisar 50 – 1949 m/dpl.
- I k l i m
Menurut Schmidt dan Ferguson, kawasan Cagar Alam Pulau Sangiang termasuk kedalam tipe iklim E dengan curah hujan 757 mm/tahun dan jumlah hari hujan 82 hari.
Suhu maksimum pada siang hari berkisar antara 26 - 34° C dan terendah pada malam hari 20 - 24° C.
B. Potensi
- Tumbuhan
Cagar Alam Pulau Sangiang merupakan perwakilan tipe ekosistem pegunungan yang didominasi oleh sebagian pohon Kesambi dan Bidara. Padang Savana membentang luas pada daerah bagian selatan yang ditumbuhi oleh alang-alang dan rumput (Pashllum).
- Satwa
Berbagai jenis burung dapat ditemukan di Cagar Alam Pulau Sangiang meliputi antara lain : Koakkiau (Phylemon buceroides), Raja Udang (Halcyon cloris), Elang Bondol (Heliastus indus), Srigunting (Dicrurus sp) dan Ayam Hutan (Gallus varius). Jenis Mamalia meliputi antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus sp), Kambing Liar (Nemorrhaedus) dan Rase (Fellis marmoratus). Jenis Sapi Liar juga cukup banyak terdapat di kawasan Cagar Alam Pulau Sangiang ini mencapai 200 ekor.
Pada saat senja hari biasanya sapi-sapi liar ini turun minum dekat mata air dipinggir pantai menggerombol membentuk kelompok-kelompok, tiap kelompok ada 20 ekor.
C. Keunikan Alam
- Gua wera
Gua Wera ini adalah satu-satunya gua yang berada di dasar laut yang mempunyai terowongan yang menghubungkan Cagar Alam Pulau Sangiang dengan Desa Wera.
- Cagar Budaya
Beberapa peninggalan sejarah dan makam terdapat di Cagar Alam Pulau Sangiang. Benda-benda kuno yang pernah ditemukan Tim Kepurbakalaan Bima seperti Gong, Kendi, Wajan dll.
Tiga buah makam yang dikeramatkan oleh penduduk yaitu :
Makam Syeh Jamsuri, terletak disebelah barat OI Kalo
Makam Syeh Syamsudin di Puncak Gunung Doro Ondo.
Makam Nenek Moyang di lokasi bekas perkampungan yang ditinggalkan di Cagar Alam Pulau Sangiang. (www.dephut.go.id)






2. Pulau Ular


Orang Wera menyebutnya NISA, pulau ular demikian Orang Bima menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya dihuni oleh sekelompok ular-ular jinak yang tidak mengganggu penduduk. Yang menarik sebenarnya bukan karena banyaknya ular atau tidak adanya manusia yang mau tinggal di pulau yang kirakira seluas 500 m2 ini, tetapi lebih karena ular-ular ini berbeda dengan umumnya ular yang ada di daerah Bima.Karena ular-ular ini mencari makanan di dalam laut dan beristirahat di atas pulau di antara celahcelah bebatuan, atau bergelantungan pada tebing-tebing terjal, maka menambah daya tarik pulau ini. Ular-ular tersebut sungguh mempesona dengan kilauan warna hitam putih cerah. Melihat pemandangan seperti ini, adalah momen yang sangat disukai oleh wisatawan domestik, terutama anak-anak. Mereka tanpa ketakutan mengalungkan ular-ular besar ini di lehernya. Yang tidak kalah anehnya, bentuk ekor ular ini sudah pipih menyerupai ekor ikan. Para nelayan yang mejaring ikan di sekitar tempat itu sering menemukannya masuk dalam jaring. Tetapi dengan segera mereka melepaskannya. Mereka punya mitos khusus terhadap ular ini. Ular ini tidak bisa dibawa kemana-mana. Kalau ada yang membawanya keluar dari daerah itu, ular tersebut akan segera kembalike komunitasnya lagi. Kalau tidak bisa kembali, dipercayai akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai, makanya masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu. Tidak ada satupun orang yang bisa membawa ular itu meski hanya satu ekor biar yang paling kecil sekalipun. (Kasku, 2010)



3. Karombo wera (goa)


Secara administatif gua ini terletak di Desa Sangiang Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Gua ini termasuk gua fosil yang memiliki lorong horizontal, gua ini dulu menjadi favorit masyarakat wera untuk dikunjungi, dulu alat transportasinya menggunakan kuda atau jalan kaki karena belum adanya jalan yang menuju kelokasi tersebut, sekarang dengan menggunakan mobil, motor bisa sampai ke lokasi karombo, setelah idul fitri merupakan waktu favorit dalam mengunjungi karombo. Dulu ada cerita yang berkembang dimasyarakat Wera bahwa orang yang sering berbuat jahat, ngomong kotor dan lainnya akan dijepit/apit oleh Karombo Wera apabila dia masuk kedalamnya, orang-orang jahat tidak mau masuk ke Karombo karena takut diapit/jepit.
Karombo Wera menyimpan berbagai misteri peradaban kehidupan manusia zaman dulu, dulu kala. Bahkan kehidupan masa lalu, tergambar jelas di dalam dinding gua yang dihiasi berbagai relief lukisan tangan peninggalan purbakala.


Tapi sayang Goresan-goresan itu sudah G orisinil lagi, karena kurang terawat dan jaga dan bahkan dirusak tangan-tangan jahil. Daya tarik lain di dalam gua, terdapat beberapa terowongan alami panjang, bahkan didalamnya terdapat stalaktif bahkan tetesan air dari atap gua, yang menetes setiap detik sehingga menimbulkan bunyi dentingan air yang memukau. Warna langit-langit gua juga khas, agak kehitam-hitaman bekas mirip bekas perapian manusia purba, sementara dinding Gua berbentuk seperti 2 buah menara masjid, sedangkan didepannya seperti terdapat mimbar khatib....



4. Oi Nca Ntoke,,,,

Oi Nca biasa disebut masyarakat Wera, Oi Nca berada di Desa Ntoke diujung selatan Kecamatan Wera, memiliki pemandangan air terjun ini sangat teduh, sejuk, indah dan menawan. Airnya yang jernih, mengalir begitu derasnya. Di balik air terjun itu, ada dua buah goa yang tidak terlalu besar tetapi lumayan besar. keberadaan goa itu pun sampai sekarang menjadi sebuah misteri karena kurangnya informasi.
Namun kondisi saat ini, panorama alam yang menawan dipadu dengan derasnya kucuran air sungai yang turun bebas dari ketinggian kurang lebih 30 meter, hanya menjadi sebuah tempat wisata desa yang dikarnakan kurang dan bahkan hampir tidak adanya promosi dan publikasi, membuat destinasi WERA terpinggirkan dan bahkan terlupakan.

5. Oi Caba (air tawar)


Oi Caba biasa disebut oleh anak muda Wera, Oi Caba berada di Kalo Desa Payi berdekatan dengan pulau Ular, tempat ini biasa ramai dikunjingi oleh anak muda ketika liburan tiba, lebaran, liburan sekolah tiba merupakan waktu yang ditunggu-tunggu untuk mengunjungi tempat ini, keunikan Oi Caba adalah munculnya air tawar yang cukup banyak dari tebing-tebing disekitar bibir pantai, air-air ini akan kelihatan apabila air laut sedang surut, ketika pasang air ini akan hilang ditutupi air laut

6. Pantai Pasir Putih


Pantai pasir putih ini berada disebelah timur Kecamatan Wera didesa Payi perbatasan dengan Kecamatan Sape, pantainya sangat indah, hamparan pasir putihnya cukup panjang sehingga bagus untuk berekreasi keluarga

IV. Kerajinan Masyarakat
1. Kadodo Wera (dodol Wera)


Pembuatan Dodol atau yang dalam bahasa Bima disebut Kadodo telah menjadi keahlian secara turun temurun oleh masyarakat Bima, terutama masyarakat di kecamatan Wera. Meskipun pembuatan Dodol semacam ini juga banyak dibuat oleh masyarkat di wilayah lainnya, tapi dodol yang terkenal adalah Kadodo Wera.
Ada satu desa di kecamatan Wera yang orang-orangnya sangat ahli membuat Kadodo yaitu di Desa Nunggi. Hingga saat ini ketrampilan membuat Kadodo Wera masih tetap terwarisi, bahkan menyebar ke desa-desa lainnya di Wera. Pada masa lalu, pembuatan Kadodo hanya dilakukan pada saat ada hajatan seperti perkawinan, khatam Al-qur’an, khitanan dan lain-lain. Pembuatan Kadodo dilakukan secara gotong royong oleh warga diiringi musik tradisional Bima seperti Biola dan Gambo, Rawa Mbojo serta atraksi Gantaong. Sambil menonton dan menikmati musik dan permainan itu, para pembuat Kadodo memaruk kelapa, mengumpulkan kayu bakar, menggali Rubu (semacam tungku perapian yang digali terlebih dahulu untuk dimasukan kayu-kayu bakar). Sambil berpantun dan bersyair para pembuat Kadodo mengaduk Kadodo dengan Kayu Kosambi sepanjang satu meter yang memang telah disiapkan sebagai pengaduk Kadodo. Pembuat Kadodo asal desa Nunggi bahan pembuatan Kadodo Wera untuk sebuah perayaan dibutuhkan 10 kg tepung beras ketan, 50 batang gula merah, 30 butir kelapa, gula pasir, garam, dan bawang Goreng. Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian. Dalam tahap pembuatannya, bahan-bahan dicampur bersama dalam Kuali yang besar dan dimasak dengan api sedang. Dodol yang dimasak tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan, karena jika dibiarkan begitu saja, maka dodol tersebut akan hangus pada bagian bawahnya dan akan membentuk kerak.
Oleh sebab itu, dalam proses pembuatannya campuran dodol harus diaduk terus menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Waktu pemasakan dodol kurang lebih membutuhkan waktu 4 jam dan jika kurang dari itu, dodol yang dimasak akan kurang enak untuk dimakan. Setelah 2 jam, pada umumnya campuran dodol tersebut akan berubah warnanya menjadi cokelat pekat. Pada saat itu juga campuran dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara.Untuk selanjutnya, dodol harus diaduk agar gelembung-gelembung udara yang terbentuk tidak meluap keluar dari kuali sampai saat dodol tersebut matang dan siap untuk diangkat. Yang terakhir, dodol tersebut harus didinginkan dalam periuk yang besar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan rasa yang sedap, dodol harus berwarna coklat tua, berkilat dan pekat. Setelah itu, dodol tersebut bisa dipotong dan dimakan. Selama ini pembuatan Kadodo Wera masih bersifat tradisional terutama pada saat hajatan saja. Pemasarannya pun nyaris tidak pernah dilakukan di luar kecamatan Wera. Perlu upaya pendekatan, fasilitasi dan sentuhan pemberdayaan terhadap para pembuat Kadodo Wera agar produk warisan leluhur ini mampu menerobos pasar. Seperti Dodol Garut dan dodol-dodol lainnya di tanah air.(alan)

2. Tembe nggoli


Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima, dibuat dari benang kapas (katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan.
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain:
* Hangat
* Halus dan lembut
* Tidak mudah kusut
* Warna cemerlang lebih lama
Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif. Ada yang 'biasa' (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi, kawinan, sunatan dll


Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai 'bawahan', bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang disebut "rimpu". Rimpu adalah cara wanita Bima menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja. Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut "rimpu mpida". Dibeberapa desa di Kecamatan Wera juga mampu membuat tembe nggoli dengan kualitas yang bagus dianatarnya Desa Sangiang, Tadewa dll, namun perlu sentuhan dan penangan pemerintah untuk mengembangkan menjadi industry rumahan (www.bimakab.go.id)
Menurut Hasbi. M. Sidik tahun 2011

Selasa, 19 April 2011

ngeblog bareng: Bersaing dengan Para Lelaki

ngeblog bareng: Bersaing dengan Para Lelaki: "Seperti yang dipaparkan Syaikh Khalid Abu Syadi dalam salah satu karya terbaiknya Sibaq Nahwal Jinan (berlomba Menuju Surga) bahwa sebenarny..."